Senin, 20 September 2010

Lebaran dan Budaya

Malaikat Pelindung

Ketika lebaran tiba keluarga kami mengadakan pamongan yaitu seperangkat makanan terutama gudangan,nasi ,lauk-pauk dan diberi uang dibawahnya dan ditempatkan pada nampan atau tampah ,lalu memanggil tetangga sekitar untuk menyantap bersama.Pamongan dari kata pamomong (yang mengasuh , memelihara dan melindungi), maksudnya untuk minta pemeliharaan dan lindungan dari Yang Kuasa.Tradisi ini sudah banyak ditinggalkan sejalan dengan intensifnya bimbingan rohani saudara muslim dengan alasan karena tidak ada dalam tradisi Islam tetapi karena pengaruh Hindu-Budha atau malah kejawen.Saya sebagai orang Katholik merenungkan makna terdalam dari tradisi ini ditinjau dari iman Katholik saya. Bukankah dalam iman Katholik setiap manusia diberi masing-masing malaikat pelindung?.Maka tradisi ini saya maknai sebagai penghormatan kepada malaikat pelindung (malaikat pamomong),sehingga awal santap pamongan kami buka dengan doa kepada malaikat pelindung agar setia mendampingi perjalanan hidup kami sehingga tidak melenceng dari jalan Tuhan. Sama dengan tradisi ketika ada anak lahir diatas ambang pintu diletakkan keris2an dari bambu yang diwarnai dengan kunir dan enjet (kapur), bukankah itu selaras dengan tradisi Katholik dalam kitab keluaran? bahwa supaya anak2 sulung Israel selamat dari malaikat maut harus dioleskan darah domba diatas ambang pintu ? sebagai orang katholik sekaligus orang jawa saya merasa begitu selarasnya iman Katholik dengan budaya jawa , tinggal kita meluruskan maknanya supaya benar2 Alkitabiah.Maka diatas ambang pintu dipasang Salib Kristus pada kamar anak yang baru lahir.Ini satu diantara perenungan saya sebagai orang Katholik sekaligus orang jawa.Silahkan saudara2 seiman bisa menambahkan refleksi imannya bahwa tidak selamanya budaya dibenturkan dengan iman bahkan saling memperkaya dan melengkapi.