Selasa, 09 Desember 2008

UNTUK UMAT KATOLIK

Adorasi Abadi Harusnya Ada Di Setiap Paroki


Ketika saudara kita yang lain berjalan begitu dinamis , masihkah kita umat katolik dapat mensejajarkan diri dengan mereka? Hari minggu yang dulu digunakan oleh umat katolik untuk sekolah minggu, sekarang umat beragama lainpun menggunakan hari tersebut untuk membina anak2 untuk memperdalam agama mereka mis: umat Islam ,Budha dan Hindu belum acara2 keagamaan hari2 yang lain yang bisa jadi seminggu 3 sampai 4 kali pembinaan agamanya. Tetapi dilain pihak banyak umat Katolik justru meninggalkan tradisi tersebut. Di kampus dan disekolah2 negri mereka begitu antusias mengkader para siswa dilain pihak sekolah katolik mlempem dalam pengkaderan siswa2 yang katolik. sekolah katolik hanya sekedar misa satu tahun 2 kali pada pembukaan tahun ajaran dan tutup tahun ajaran ditambah natal atau paskah.Banyak pemuda dan pemudi katolik meningalkan iman mereka karena pacaran dengan non katolik atau karena sekolah diluar kota dan disana mereka tidak dapat menjelaskan iman mereka ketika ditanya ,sehingga dengan mudah mereka ragu dengan imannya kemudian keluar dari Gereja.Dilain pihak orang tua lebih memilih kemampuan ekonomi pasangan anaknya dari pada imannya.
Umat yang lain dengan segala profesinya merapatkan barisan untuk dakwah agama, dilain pihak umat katolik yang punya posisi malu mencantumkan nama baptisnya dengan berbagai alasan.
Para selebritis dan politikus dengan bangga dalam siaran persnya kalau sudah meninggalkan Yesus. Banyak paroki2 dengan bangga mencatat banyaknya baptisan baru, tetapi tak pernah peduli berapa yang keluar dari Gereja. Bahkan para imam dengan segala dalihnya membenarkan diri bahwa iman tidak boleh dipaksakan. Dalam kontak jodoh mis di kompas misalnya banyak anak2 katolik tidak peduli dengan syarat agama yang dianut jodoh yang diinginkannya.
Gereja katolik seakan terlena dengan kemapanannya selama ini, bahkan pengkaderan anak2 muda dalam berbagai profesi telah lama absen. Para muda-mudi yang potensial misalnya aktif digereja bahkan menjadi ketua mudika tiba2 meninggalkan Gereja ketika pasangannya beda agama , banyak para orang tua yang dulu menjadi katekis anak2nya banyak yang ikut agama pasangannya .Apakah hal ini mau masih berlanjut? Hanya kita umat katolik yang dapat menjawabnya. Untuk itu bagi para hirakhi Gereja diperlukan cara baru pembinaan iman umat!.
Dijaman yang serba membingungkan umat butuh kepastian kebenaran imannya, untuk itu walaupun minoritas butuh kebangaan akan imannya sehingga dengan percaya diri dapat melangkah sejajar dengan umat lain, untuk itu pengetahuan akan ajaran gereja katolik sangat diperlukan dalam setiap kotbah digereja disamping cara hidup yang sesuai dengan iman katolik.
Coba lihat sekitar kita, berapa anak2 muda yang dapat menjelaskan iman katolik bila ditanya? dengan berbagai alasan mereka mesti menghindar dengan pertanyaan itu. Mereka hanya tertarik dengan kegiatan gereja yan maaf agak hura2 dari pada belajar cara mengikuti ekaristi yang baik misalnya,atau membahas mengapa Gereja menghormati Maria ,percaya api penyucian dsb. Nah itu adalah realita kita entah kita mengamini atau menyangkal terserah kita mau kemana.

1 komentar:

My Life mengatakan...

Benar sekali yang saudara katakan. Saya sendiri seperti kehilangan saudara-saudara seiman katolik dalam kehidupan ini, tidak seperti ketika OMK dulu. Kegiatan umat sangat banyak dan seluruh generasi bercampur baur termasuk dgn para frater, suster dan bruder... ada kegiatan amal donor darah, pengobatan gratis, penjualan buku untuk derma, olahraga basket, badminton, ular-ularan, bedah kitab suci dan doktrin, pembinaan suami-istri, pembinaan iman muda, pelayanan kunjungan ke rumah sakit, rumah umat, doa bersama, doa pribadi di kapel, pelatihan ekstrakurikuler, ujian pelajaran agama, perkumpulan komunitas hobi, penyayang binatang, pemutaran video-video pendalaman iman, apologia, mariologi, penyaluran energi kharismatik, dll dst...

Setelah Misa, sekarang, semua bubar dgn urusan masing-masing dan berebut membeli jajanan dan makan disamping gereja atau sibuk memilih aksesoris yang "lebih kuasa" jika digantung di mobil mereka. Kesannya umat sudah cukup beriman dgn 1 jam lalu sibuk mengklaim pahlawan keluarga dgn berlomba menumpuk harta dan "menyelesaikan masalah" yang bukan masalah lagi ketika mati. Bahkan sedang sibuk mengadu moncong mobil dengan yang lain ketika keluar parkir...

Kemana semua itu?
Kemana para imam? tepatnya, kemana umatnya?

Jujur.. Saya pernah sedikit bermain sandiwara dgn menanyakan "Tritunggal Mahakudus" kepada seorang imam paroki... jawabannya sekedar "Yesus sudah ajarkan begitu!" sambil senyum dan.. saya ucapkan terima kasih dan memang harus pulang!!

Homili dalam misa sekedar menyampaikan manusia harus ini dan itu. Pembacaan surat gembala dan menguap.... menguap yang sebenarnya dgn mulut yang saya buka sebesar-besarnya. Tidak ada (lagi) pendalaman doktrin yang sejak dulu dipertanyakan, makna tersembunyi dalam ayat, mendalami lagi dogma-dogma yang seolah pilihan ekstra umat, riwayat para rasul yang berbudaya timur, bukan seorang bule amerika atau roma italia...

Tidak saya pungkiri bahwa pengajaran itu masih ada, di internet contohnya tetapi kebersamaan kita sekarang padam, sesama saling mendebat dan membenarkan diri di forum katolik. Selfie-selfie semakin menyebar luas di facebook, sebatas 'saya paling katolik' saja. Pendalaman dan bedah kitab suci sebuah sayembara bukan keharusan setiap paroki dan wilayah.

Saya tidak dalam kapasitas menyalahkan, tidak. Semoga hal ini dikemukakan untuk kita jawab bersama.

Saya setuju dengan anda. Tuhan memberkati, dominus vobis cum.