Pada suatu kesempatan dua anak manusia duduk sambil ngobrol misalkan saja A dan B. Si A sambil berbincang-bincang menulis kata Allah di tanah dengan huruf latin dan dihapus dengan kakinya, si B diam saja tak bereaksi, kemudian ia menulis lagi dengan aksara jawa dan melakukan hal yang sama si B juga diam,kemudian si A melakukan lagi dengan suatu huruf tertentu dan si B dengan sangat marahnya mengumpat si A, bahwa si A menghina agama dan Tuhan bahkan dengan kekerasan ia menganiaya si A. Untung saja mereka satu kepercayaan sehingga masalah tak melebar kemana-mana. Si A perpendapat bahwa nama Tuhan yang ditulis dengan huruf tertentu tersebut sangat sakral sehingga tak layak bila si A menghapas nama itu dengan kakinya tetapi bila pakai huruf lain boleh karena tidak sakral. Hal tersebut sering terjadi dimasyarakat kita bahwa kita terjebak dengan simbol-simbol tertentu bahkan agama dan juga pencipta dimaknai dengan hal yang sempit mis: Allah hanya untuk kelompoknya saja sehingga kelompok lain tak berhak atas Allah tersebut, Tuhan hanya menyayangi mereka saja dan melaknat yang lain sehingga kelompok lain harus disingkirkan bahkan kalau perlu dilenyapkan dengan apapun caranya dan itu "halal "bahkan dikatakan berjalan di jalan Allah. hal inipun menjadi polemik dimana-mana. Allah dimaknai sebagai yang sangat agung , tak tersentuh , bahkan cenderung kejam (artinya umat harus menjalankan perintah agama secara saklek tak boleh salah sedikitpun bahkan cenderung manusia untuk agama bukan agama untuk manusia salah sedikit harus dihukum ,orang lain harus menghormati kalau tak menghormati babat habis , segala tingkah laku diatur sedetail-detailnya tanpa kebebasan ,harus sesuai dengan penafsiran orang tertentu) dan sebagainya. Hal ini juga dialami umat yahudi pada jaman Yesus ,bahkan Allah orang israel tidak untuk bangsa lain,bangsa lain itu kafir, nama Allah tak boleh diucapkan sembarangan bahkan mereka takut menyebut nama Allah ,saking takutnya mereka memakai ungkapan lain untuk menyebutnya. Tapi 2000 th lalu Yesus memperkenalkan bahwa Allah itu seperti bapa yang penuh kasih mengasihi umatnya siapapun dia, apapun etnisnya ,apapun kepercayaannya. Allah adalah suatu pribadi yang tidak hanya enak-enak disurga tetapi Ia ikut dalam sejarah manusia (lihat peristiwa keluaran), ia untuk semua ,tidak hanya milik golongan tertentu, Ia tidak hanya memberi perintah atau ajaran saja tetapi juga mau memberi contoh dengan mau menjadi manusia dengan segala resiko dan keterbatasan sebagai manusia bahkan nyawanya dikorbankan karena kasihnya pada manusia bahkan Rohnya dicurahkan untuk manusia. Hal itulah yang tidak bisa dipahami orang yahudi pada waktu itu bahkan masyarakat sekarang tetap sulit memahami bahwa Allah mau menjadi manusia (Allah ya di surga ngapain repot-repot menjadi manusia).Maka tak heran jika mengatakan Yesus adalah orang gila dari nasaret seperti anggapan orang yahudi pada jaman Yesus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar