Gereja haga sopia Turki ini beralih fungsi masjid kemudian menjadi museum.
Nenek moyang dulu berkata bahwa negri nusantara akan mengalami jaman kalabendu (kekacauan atau kemunduran) bila "wong jowo ilan jowone, wong cino ilang cinone" artinya bila bangsa ini kehilangan identitas diri atau kebanggaan sebagai bangsa khususnya nilai-nilai kearifan lokal dan cenderung merasa lebih barat dari orang barat atau lebih arab daripada orang arab maksudnya hanya mengadopsi nilai- nilai neatifnya dari budaya asing .Demikian juga untuk negara kita yang kata sebagian orang gonjang ganjing itu tidak terlepas dari tindak tanduk kita sebagai warga masyarakat yang notabene "tak benar" di mata Tuhan dimana kita kehilangan nilai -nilai luhur bangsa ini. Demikian juga krisis dalam Gereja katolik Indonesia dimana terjadi krisis identitas dan krisis pengkaderan terutama pada generasi muda juga karena kesalahan kita sendiri.Banyak orang tidak bangga lagi sebagai orang katolik bahkan minder bila ditanya agamanya. Sikap kemapan gereja katolik yang selama ini dirasakan,membuat gereja terlena lihat saja sekolah-sekolah rumah sakit terlena untuk meningkatkan mutu pelayanan hanya mengejar gedung megah tanpa disertai kesejahteraan pegawainya sehingga pegawai dari sekolah atau RS katolik justru tak mampu untuk menyekolahkan atau memperoleh perawatan di sekolah atau RS katolik.Kalau dulu orang-arang katolik adalah orang yang berpendidikan atau berekonomi memadai apakah sekarang masih? lihatlan Papua, NTT dan Kalbar. Gereja Katolik dalam mewartakan injil, juga terlalu jual mahal sehingga untuk membaptis orangpun seperti sebuah universitas ternama yang menjadi serbuan calon mahasiswa pura-pura tak butuh!(dengan alasan mewartakan kabar gembira tidak harus dengan membaptis banyak orang) sehingga orang yang mau menjadi katolik menjadi jengah ,mending yang sudah katolik di openi dengan spiritualitas khususnya pengetahuan agama!,wong kalau sudah dibaptis seakan-akan dibiarkan dalam pengetahuan agama. Maka tak heran seorang ketua mudika tiba-tiba meninggalkan gereja karena ditanya (lebih tepatnya dikritik) tentang ajaran gereja katolik dan tak bisa menjawab atau menjelaskan dan akhirnya kepilut pihak yang tanya. Belum lagi mahasiswa-mahasiswa yang belajar diluar kota.Dipihak lain pengkaderan mudika baru sebatas kegiatan yang sifatnya hura2 seperti Ziarah, pentas seni dsb. hal itu bukannya tidak baik tetapi harusnya diimbangi dengan pengetahuan agama yang cukup sehingga punya sifat bangga sebagai orang katolik .Pengkaderan dibidang politikpun seperti mandek bahkan organisasi2 seperti pemuda katolik, iska, pmkri,wk dsb tidak menarik dimata orang katolik.Mari kita belajar dari gereja katolik di korea, Inggris dan AS, disana umat secara periodik diberi kursus tentang ajaran gereja sehingga umat amat bangga bahwa ajaran dan tradisi katolik amat2 alkitabiah, bahkan di AS terjadi gelombang perpindahan umat evangelis ke gereja katolik yang mencapai jutaan,ini berbeda dengan dahulu sebelum umat dibekali pengetahuan agama, diserang imannya diam sehingga umat katolik banyak pindah ke protestan karena penginjilan mereka. Di Inggris hirarkhi menugaskan uskup tertentu untuk mendampingi politikus atau artis sehingga banyak politikus yang masuk gereja katolik(kasus terakhir mantan PMnya) berbeda dengan Indonesia khan? Banyak artis yang mengadakan konverensi pers bahwa ia sudah meninggalkan Kristus.Dikorea perkembangan gereja justru oleh awam,mereka sangat bangga sebagai orang katolik dan yakin benar dengan ajaran gereja sehingga mereka berusaha untuk mewartakan yang diyakininya kepada orang lain, beda dengan kitakan? Lihatlah anak katekis atau tokoh gereja justru meninggalkan gereja, kalau generasi dahulu banyak pemuda masuk katolik sekarang terbalik banyak anak muda meninggalkan gereja.Maka untuk kemajuan gereja katolik yang utama bekali dulu mereka pengetahuan agama sehingga mereka yakin dengan kebenaran imannya baru dikader ke hal yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar