Jumat, 06 Februari 2015

Menghayati baptisan.

Menghayati baptisan.
Ketika ada orang-orang terdekat yang meninggalkan Gereja,sering kita mendengar komentar umat katolik yang seakan-akan hebat, bijaksana,mengagungkan hak asasi tetapi tidak mencerminkan kebenaran hakiki dari ajaran Gereja katolik tentang makna baptisan seperti :
1.Gak apa2, tapi di agamamu yang baru benar2 kamu hayati ya?
2.Pindah iman kan hak asasi setiap pribadi,kita tidak berhak melarang.
3.Semoga dia bahagia dengan pilihannya. Dll
Sepintas itu benar, tetapi justru kita menjerumuskan pribadi tersebut karena kita semakin mengaburkan ajaran Gereja tentang baptisan.
Baptis katolik itu sekali untuk selamanya atau istilahnya dimetraikan(tidak terhapuskan), maka sebetulnya dalam katolik tidak ada istilah “murtad”, tapi yang ada adalah anak yang hilang,karena Bapa tetap menganggap kita anak2Nya (lihat kisah anak yang hilang).Seseorang yang sudah di baptis diangkat menjadi anak-anak Allah ,sehingga berhak mewarisi kerajaan Allah (surga).Maka dengan baptisan segala dosa kita dari lahir sampai dengan peristiwa baptisan dihapus lunas oleh karena darah Kristus.Tapi itu juga membawa konsekuensi sebaliknya,yaitu kita akan diadili di akhirat dengan hukum katolik,walaupun pribadi yang bersangukutan sudah mempunyai agama yang baru dan hidup benar sesuai hokum agama barunya.Itulah sebabnya maka jika ada orang2 terdekat kita(entah anak, ortu, kakak,adik, mertua, menantu, paman, keponakan dll yang meninggalkan Gereja,kita wajib selalu mengingatkan tentang makna baptisan(dengan cara yang bijak),bukan malah mendukung dia untuk keluar dari Gereja dengan ungkapan2 yang kelihatan sebagai orang berjiwa besar tapi menyesatkan.Sebab bagaimanapun ketidak pedulian kita dalam masalah ini ,kita juga menanggung dosanya.(ingat kebijaksanaan raja Salomo yang membolehkan istri2nya mendirikan tempat2 pemujaan kepada Baal, menjerumuskan pewaris tahta Israel (anak2nya) sehingga mengingkari Allah, yang berakibat pecahnya Israel jadi 2 dan selalu berperang satu sama lain)
Lalu jika hal itu sudah terjadi karena ketidaktahuan kita selama ini lalu bagaimana?
Kita harus selalu mendoakan mereka dengan tidak henti2nya dalam setiap doa kita(disamping selalu mengingatkan akan makna dan konsekuensi baptisan),kalau perlu dengan silih berpantang, puasa atau bermati raga,disamping kita harus menjadi teladan dalam hidup, agar mereka kembali ke pangkuan Gereja.setidak2nya saat ajal menjemput.
Hal ini sudah lama ingin saya tulis, tapi pasti menjadi bahan perbantahan oleh orang katolik yang indif.tapi ternyata hal ini sama persis dengan yang di kotbahkan pastor paroki saat misa hari pembaptisan Tuhan.(terima kasih kepada Romo Agus Gunadi Pr yang selalu memberi kotbah yang berbau katekese dan selalu meneguhkan iman umat).
Jadilah agen-agen pembaharu Gereja sesuai dengan kapasitas dan kemampuan kita di tengah2 segala kesibukan kita.Selamat beraktifitas, Tuhan Memberkati.Amin

Tidak ada komentar: