Rabu, 21 Januari 2015
Semua orang di utus.
Semua orang di utus.
Pada akhir dari suatu Kursus katekismus Gereja katolik (KGK)diadakan sharing dengan tema” apa alasan anda mengikuti KGK”. Ada seorang bapak muda memberi alasan yang bagi saya dapat menjadi inspirasi bagi keluarga2 muda maupun calon mempelai yaitu “ satu-satunya alasan saya mengikuti kursus KGK adalah karena saya mempunyai seorang anak putri yang baru berumur 2 th, maka saya harus mempersiapkan diri karena posisi saya sebagai imam keluarga. Mau di bawa kemana biduk iman keluarga saya. Karena tantangan iman pada waktu anak saya besar pasti lebih berat dari saat ini.maka saya harus bisa setidak2nya mendasari iman anak saya sesuai iman saya. Maka pertanyaan2 kecil dari anakku tentang iman katolik setidak2nya bisa saya jawab”.
Antara kagum dan malu saya mendengarnya, Malu karena alasan beberapa orang adalah karena iseng, sedang kagum karena jawabannya tidak terlintaspun dalam pikiran saya. Biasanya jawaban yang relegius adalah jawaban bapak2 yg sudah pensiun, tetapi ini adalah jawaban bapak muda.Seandainya banyak dari bapak2 muda kita mempunyai semangat seperti itu, oh alangkah megahnya Gereja kita ke depan.
Memang kalau kita tidak menyiapkan diri maka kita akan terbawa arus besar. Sekarang saja banyak orang katolik lebih tau seluk beluk iman lain dari pada iman katolik. Mulai kita bangun kita sudah mendengarkan kultum (kuliah 7 menit), hidupkan TV ada pengajian pagi, di kantor, RT ada pengajian, sinetron2 disisipi dakwah, mau tidur di TV ada pengajian juga. Maka bisa jadi anak2 kita akan lebih mengenal iman orang lain daripada imannya sendiri. Maka saya sangat setuju dengan alas an bapak muda di kursus jika tantangan beriman anak2 kita kelak lebih berat dari yang kita alami. Belum bentuk2 diskriminasi yang lain. Masihkah kita mengatakan yang penting perbuatan saja? Sedang belajar iman kita tidak perlu? Kita yang dibaptis telah diangkat menjadi imam, nabi dan Raja. Maka kita semua adalah diutus . Maukah kita mengatakan : inilah aku utuslah aku?.Dan untuk itu perlu belajar tentang iman kita, biar tidak mudah tergiur teologi2 yang menarik tetapi menyesatkan, maupun bila kita ditanya tentang yang kita imani oleh orang lain. Iman tanpa perbuatan memang mati tetapi perbuatan tanpa iman adalah sia-sia..Marilah kita renungkan. Yahweh Tibi Benedictas.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar