Rabu, 21 Januari 2015

Memahami Tradisi Suci

Seorang anak SD kelas 5, bertanya kepada bapaknya : Pa majalah ini bohong ya pa?. jawab bapaknya: ada apa tho mbak?jawab sianak : Ini lho pak mosok orang bisa ngendat(bunuh diri )nyemplung sumur. Kan lubangnya kecil bagaimana masuknya? Saya perhatikan sejak tadi siang tetap saya gak ketemu jawabannya.(ternyata ia sejak tadi siang memperhatikan sumur pompa yang ada di rumahnya).si bapak tersenyum sambil berkata : dulu sumur itu tidak seperti sekarang ,tapi terbuka jadi karena lubangnya besar manusia atau hewan bisa jatuh terperosok masuk sumur.Si anak tambah sewot sambil berkata : papa sama saja dengan majalah ini.ketika tiba suatu saat bapak dan anak pergi ke desa mengantar pembantunya yang mau mudik dan kebetulan di desa itu ada sumur, si bapak mengajak anaknya melihat sumur dan si bapak berkata : ini lho mbak sumur yang dimaksud di majalah itu. maka sambil terkejut sianak akhirnya mengerti bahwa majalah dan ayahnya tidak bohong.
Lihatlah bahwa hanya beda satu generasi sebuah benda bisa dimaknai lain, maka perlu orang dari generasi sebelumnya untuk menjelaskan.
Dalam beriman kadang kita berlagak sok tau seperti anak itu, kita sering karena merasa sudah sekolah tinggi maka seakan2 kita sudah mengetahui segalanya. Bahkan dalam menafsirkan kitab suci ,di sekitar kita banyak tuduhan Bahwa yang diajarkan Gereja Katolik adalah kebohongan atau sesat.mereka tidak sadar bahwa kitab suci sudah ada 2000 th yang lalu bahkan lebih untuk bagian2 tertentu, maka dibutuhkan generasi sebelumnya dalam hal ini para rasul yang dilanjutkan para bapa gereja agar kita dapat memahami dengan benar. Dalam Hal ini sekali lagi saya mengamini Gereja Katolik bahwa kitab suci tidak boleh ditafsirkan secara pribadi.Lihatlah sekarang ini, ketika setiap orang bebas menafsirkan kitab suci, dari kitab yang sama pula muncul komunitas dengan penghayatan yang berbeda bahkan bertentangan satu sama lain, merasa paling Alkitabiah dan masih juga berlindung atas nama ilham Roh Kudus. Bahkan dalam kehidupan sehari2 ketika seorang ayah berangkat pagi pulang malam hanya untuk agar anak2nya tidak kelaparan, masih ada saja anaknya yang mengatakan bahwa ayahnya tidak mencintainya hanya karena ayahnya tidak pernah mengatakan “ aku mencintaimu” di kekristenan juga begitu masih ada saja yang sangsi akan kebenaran hanya karena tidak tertulis di kitab suci.

Tidak ada komentar: