Seorang anak SD kelas 5, bertanya kepada bapaknya : Pa majalah ini
bohong ya pa?. jawab bapaknya: ada apa tho mbak?jawab sianak : Ini lho
pak mosok orang bisa ngendat(bunuh diri )nyemplung sumur. Kan lubangnya
kecil bagaimana masuknya? Saya perhatikan sejak tadi siang tetap saya
gak ketemu jawabannya.(ternyata ia sejak tadi siang memperhatikan sumur
pompa yang ada di rumahnya).si bapak tersenyum sambil berkata : dulu
sumur itu tidak seperti sekarang ,tapi terbuka jadi karena
lubangnya besar manusia atau hewan bisa jatuh terperosok masuk sumur.Si
anak tambah sewot sambil berkata : papa sama saja dengan majalah
ini.ketika tiba suatu saat bapak dan anak pergi ke desa mengantar
pembantunya yang mau mudik dan kebetulan di desa itu ada sumur, si bapak
mengajak anaknya melihat sumur dan si bapak berkata : ini lho mbak
sumur yang dimaksud di majalah itu. maka sambil terkejut sianak akhirnya
mengerti bahwa majalah dan ayahnya tidak bohong.
Lihatlah bahwa
hanya beda satu generasi sebuah benda bisa dimaknai lain, maka perlu
orang dari generasi sebelumnya untuk menjelaskan.
Dalam beriman
kadang kita berlagak sok tau seperti anak itu, kita sering karena merasa
sudah sekolah tinggi maka seakan2 kita sudah mengetahui segalanya.
Bahkan dalam menafsirkan kitab suci ,di sekitar kita banyak tuduhan
Bahwa yang diajarkan Gereja Katolik adalah kebohongan atau sesat.mereka
tidak sadar bahwa kitab suci sudah ada 2000 th yang lalu bahkan lebih
untuk bagian2 tertentu, maka dibutuhkan generasi sebelumnya dalam hal
ini para rasul yang dilanjutkan para bapa gereja agar kita dapat
memahami dengan benar. Dalam Hal ini sekali lagi saya mengamini Gereja
Katolik bahwa kitab suci tidak boleh ditafsirkan secara pribadi.Lihatlah
sekarang ini, ketika setiap orang bebas menafsirkan kitab suci, dari
kitab yang sama pula muncul komunitas dengan penghayatan yang berbeda
bahkan bertentangan satu sama lain, merasa paling Alkitabiah dan masih
juga berlindung atas nama ilham Roh Kudus. Bahkan dalam kehidupan
sehari2 ketika seorang ayah berangkat pagi pulang malam hanya untuk agar
anak2nya tidak kelaparan, masih ada saja anaknya yang mengatakan bahwa
ayahnya tidak mencintainya hanya karena ayahnya tidak pernah mengatakan “
aku mencintaimu” di kekristenan juga begitu masih ada saja yang sangsi
akan kebenaran hanya karena tidak tertulis di kitab suci.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar